Senin, 29 Agustus 2011

Summary (Ringkasan Skripsi)

Akhmad Effendi. Relation of Discharge and Suspended Loads on area of Hauran Watershed Subs of Banyuhirang watershad Sub of Maluka Watershed in Bentok Village of Bati-Bati district of Tanah Laut regency of South Kalimantan Province under counsellors of Prof. Dr. Ir. H. M. Ruslan, M.S and Drs. Suyanto, M.P.
The aim of this research is to know how the correlation of Discharge and Suspended Loads on area of Hauran Watershed Subs of Banyuhirang watershad Sub of Maluka Watershed. The result of this research is expected to become information used as consideration to determine pattern of correct management in effort saving watershed, specially area of Hauran Watershed Subs of Banyuhirang watershad Sub of Maluka
Watershed in Bentok Village of Bati-Bati district of Tanah Laut regency of South Kalimantan Province.
Time of this research conducted during 3 months with data collection as much 8 (eight) multiplies measurement starts from week to 2 month, moon of June 2010 up to week to 4 moth, moon of July 2010. Method used by data collecting of primary and sekunder. Primary data obtained from field direct measurement covering discharge and suspended load daily. Secondary data obtained from literature, maps and other supporter data. Analysis of Simple linear regression used to know the relation two variables in a
watershed.
Results of this research show during observation from date of June 10, 2010 up to July 26, 2010 the maximum discharge occurred on June 24, 2010 equal to 0.1204 m3/second with mean water level of 0.40 meter and a minimum discharge occured in July 16, 2010 amounted to 0.0362 m3/second with mean water level of 0.24 meter. Drainage density of Hauran watershed subs about of 13.539 km/km² and included of
high criterion. The resulted regression equation between the water level and discharge is y=1,133x2,4877 with strong correlation (r) equal to 0.962 and own influence of 96.2% (R²). The largest concentration of suspended load occurred on June 10, 2010 equal to 0.0113 gr/lt with discharge of suspended load of 0.00005 tons/day. While smallest suspended load occurred on July 1 and 16, 2010 equal to 0.0017 gr/ltr with suspended load discharge of 0.00001 tons/day. The resulted regression equation among the high
water level and suspended load that is y = 0,08291x2,3391 with a correlation (r) is strong enough equal to 0.4945 and own influence of 24.46% (R²). While resulted regression equation among discharge and the suspended load discharge that is y = 0,0071.x1,834 with a correlation (r) is strong equal to 0,7354 and own influence of 54,09 % (R²).


Akhmad Effendi. Hubungan Debit Air Sungai dan Muatan Tersuspensi Di Daerah Sub Sub DAS Sungai Hauran Sub DAS Banyuhirang DAS Maluka Desa Bentok Darat Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan, di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. H. M. Ruslan, MS dan Drs. Suyanto, MP.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana korelasi atau ada tidaknya hubungan besarnya debit air sungai dan muatan tersuspensi di daerah Sub Sub DAS Sungai Hauran. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan pola pengelolaan yang tepat dalam usaha penyelamatan DAS, khususnya Daerah Sub Sub DAS Sungai Hauran Sub DAS Banyuhirang DAS Maluka Desa Bentok Darat Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan.
Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dengan pengambilan data sebanyak 8 (delapan) kali pengukuran yang dimulai dari Minggu ke 2 (dua) bulan Juni sampai dengan Minggu ke 4 (empat) bulan Juli 2010. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data primer dan sekunder Data primer didapatkan dari pengukuran langsung (pengukuran langsung dilapangan yang meliputi debit air dan muatan suspensi harian). Data sekunder didapatkan dari literatur, peta lokasi serta data penunjang lainnya. Analisis regresi linier sederhana yang digunakan untuk mengetahui hubungan dua variabel dalam suatu DAS.
Hasil penelitian ini menunjukkan selama pengamatan dari tanggal 10 Juni 2010 sampai dengan 26 Juli 2010, debit air maksimum terjadi pada tanggal 24 Juni 2010 sebesar 0,1204 m³/detik dengan rata-rata tinggi muka air 0,40 m dan debit air minimum terjadi pada tanggal 16 Juli 2010 sebesar 0,0362 m³/detik dengan rata-rata tinggi muka air 0,24 m. Kerapatan drainase Daerah Sub Sub DAS Sungai Hauran sebesar 13,539 km/km² dan termasuk kriteria tinggi. Pada persamaan regresi yang dihasilkan antara tinggi muka air dan debit air yaitu y=1,133x2,4877 dengan memiliki hubungan korelasi (r) yang kuat sebesar 0,962 dan memiliki pengaruh sebesar 96,2 % (R²). Kadar muatan tersuspensi yang terbesar terjadi pada tanggal 10 Juni 2010 sebesar 0,0113 gr/lt dengan debit muatan tersuspensinya sebesar 0,00005 ton/hari. Sedangkan kadar muatan tersupensi yang terkecil terjadi pada tanggal 1 Juli 2010 dan 16 Juli 2010 sebesar 0,0017gr/ltr dengan debit muatan tersuspensi sebesar 0,00001 ton/hari. Persamaan regresi yang dihasilkan antara tinggi muka air dan muatan tersuspensi yaitu y = 0,08291x2,3391 dengan memiliki hubungan korelasi (r) yang cukup kuat sebesar 0,4945 dan memiliki pengaruh sebesar 24,46 % (R²). Sedangkan pada persamaan regresi yang dihasilkan antara debit air dan debit muatan tersuspensi yaitu y=0,0071.x1,834 dengan memiliki hubungan korelasi (r) yang kuat sebesar 0,7354 dan memiliki pengaruh sebesar 54,09 % (R²).

Sabtu, 27 Agustus 2011

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut Di Wilayah Banjarmasin

Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama karbondioksida (CO2) dan metana (CH4), mengakibatkan dua hal utama yang terjadi di lapisan atmosfer paling bawah, yaitu fluktuasi curah hujan yang tinggi dan kenaikan muka laut. Sebagai negara kepulauan, Indonesia paling rentan terhadap kenaikan muka laut. Telah dilakukan proyeksi kenaikan muka laut untuk wilayah Indonesia, hingga tahun 2100, diperkirakan adanya kenaikan muka laut hingga 1.1 m yang yang berdampak pada hilangnya daerah pantai dan pulau-pulau kecil seluas 90.260 km2.
Kota Banjarmasin sebagai ibu kota dari Kalimantan Selatan dengan luas daratan 72 km2 dan datarannya yang rendah serta dilalui oleh sungai Barito yang menjadi jalur menuju laut Jawa, juga memiliki tingkat kerawanan terhadap kenaikan muka laut yang cukup tinggi. Proyeksi kenaikan muka laut di wilayah Banjarmasin telah dilakukan untuk tahun 2010, 2050 dan 2100. Tinggi muka laut menurut proyeksi tersebut diantaranya adalah mencapai ketinggian 0.37 m untuk tahun 2010, 0.48 m untuk tahun 2050, dan 0.934 untuk tahun 2100.
Dengan melihat proyeksi kenaikan muka laut untuk beberapa tahun mendatang, maka dampak yang akan ditimbulkan pun dapat diperkirakan. Diantara dampak-dampak tersebut adalah tergenangnya air di wilayah Banjarmasin yang mengakibatkan rusaknya beberapa sarana dan prasarana yang menjadi media pembangunan di sektor perekonomian di wilayah tersebut.

Sumber : Jurnal Ekonomi Lingkungan Vol.12/No.2/2008

Climate Change

Dipenghujung tahun 2007, Indonesia mendapat kehormatan sebagai tuan rumah suatu pertemuan akbar yang membahas tentang isu lingkungan, yakni Konfrensi Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim (United Nation Framework Convention on Climate Cange). Pertemuan yang dihadiri lebih dari 180 negara ini, ternyata juga belum memberikan solusi yang tepat, bagi perbaikan kualitas lingkungan dunia, berkaitan dengan pemanasan global.
Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada dan Jepang urung didalam kontribusi penurunan emisi karbon. Ini merupakan ganjalan road map Bali yang telah menelan dana hampir 143 miliar, dan terkesan hanya seremonial saja, bahkan kesepakatan yang diambil tidak bersifat mendasar tanpa konsistensi aksi secara teknis. Sebelumnya, tanda-tanda kegagalan sudah terlihat sejak beberapa lalu. Sejumlah pembahasan mengalami deadlock dan kesepakatannya mengambang. Konferensi perubahan iklim nampaknya makin jauh dari yang diharapkan untuk mengurangi dampak perubahan iklim, Melihat kenyataan yang terjadi, bahwa masyarakat dunia terutama negara-negara maju yang notabene sebagai penyumbang emisi terbesar belum benar-benar konsisten didalam menangani permasalahan pemanasan global ini. (Azis,2007).

sumber : Marwan, Azis. 2007. COP 13 Berubah Jadi Pasar Karbon Jakarta Environment Wact,

Jumat, 26 Agustus 2011

Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB)

Tujuan inventarisasi hutan menyeluruh berkala antara lain:
  1. Untuk mengetahui kondisi sediaan tegakan hutan (timber standing stock) secara berkala;
  2. Sebagai bahan penyusunan RKUPHHK dalam Hutan Alam dan atau RKUPHHK dalam Hutan Tanaman atau KPH sepuluh tahunan;
  3. Sebagai bahan pemantauan kecenderungan (trend) kelestarian sediaan tegakan hutan di areal KPH dan atau IUPHHK-HA atau IUPHHK-HT.